Senin, 12 Desember 2011

" A R T I S A H A B A T "

Bintang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia ini yang hidup tanpa persahabatan, persahabatan adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah merasakannya.
Maya, Satria, Nita, Bondan dan Metha sedang duduk bergerombol bersama. Mereka mengobrol, bernyanyi sambil sesekali tertawa lantang, saling menjahili satu sama lain. Sungguh seperti sebuah keluarga yang harmonis.
Karena merasa iri hati, Sekar dan Thita yang tak mempunyai banyak teman datang untuk mengacaukan suasana.

Sekar : “Idih…!! suara pas-pasan aja sok mau nyanyi! Diem aja deh mendingan,” (dengan wajah menghina)

Bondan : “Eh.. suka-suka dong! Kayak suara kamu aja yang paling enak, KD kalah cempreng tuu!”

Semua anak di tempat itu tertawa keras, kecuali Sekar dan Thita yang rautnya berubah menjadi tak karuan. Bondan dan kawan-kawannya pun melanjutkan obrolan mereka lagi tanpa menghiraukan Sekar dan Thita.

Sekar dan Thita : (pergi meninggalkn tempat dengan wajah berlipat)

Bondan : “Hmm.. sorry fren, aku balik duluan ya? Ada janji buat latihan, maklum mau ada konser amal kecil-kecilan gitu..”

Metha : “Duh, sibuknya! Ya udah buruan berangkat, ati-ati!” (sambil melambai-lambaikan tangan)

Nita : “Waduh.. panggilan alam nih, aku ke toilet dulu yah..? (buru-buru meninggalkan anak-anak yang lain)

Maya : “Hmm, dateng lagi deh ‘langganannya’! Dasar gak berubah.. haha..”(menggeleng-gelengkan kepala)

Metha : “Hahaha, biasa lah, Na. Kalo nggak gitu, bukan Nita namanya,”

Maya : “Eh, haus nih.. minum es enak kali ya??”

Satria : “Iya juga ya. Oke kalo gitu aku beli es dulu ya, tunggu di sini aja sama Metha,” (berlalu pergi meninggalkan Maya dan Metha)

Metha : “Nah.. sebenernya beberapa bulan ini ada yang beda dari aku, aku udah nggak bisa nyembunyiin ini semua. Dan menurutku cuma kamu yang bisa jaga rahasia ini.”

Maya : “Rahasia? Cerita aja, Ta.. kita kan temenan udah lama. Lagian aku udah siap kok buat jadi pendengar yang baik,” (berusaha meyakinkan Metha)

Tanpa mereka sadari, Satria berdiri di kejauhan dengan beberapa bungkus es di tangannya. Satria melihat Maya dan Metha sedang asyik bercerita, dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka. Ia melamun. Dan saat tersadar dari lamunannya, ia menuju Metha dan Maya, dan tersentak ia terkejut mendengar ucapan Metha.

Metha : “Aku.. su—ka Bondan!!” (dengan terbata-bata)

Satria : “Hah..?! Metha suka Bondan??” (berkata lirih)

Kebetulan Nita juga sudah datang.

Nita : “Hah?!” (datang tiba-tiba dan mendengar ucapan Metha yang membuatnya kesal)
Di saat itu pula pertengkaran terjadi.

Maya : “Eh, kalian udah pada balik!” (sambil tersenyum dengan sapaan halus)

Nita : “Ta.. serius kamu suka Bondan??”

Metha : “Hmm.. ngomong apa sih, kamu..? (pura-pura tidak tahu)

Nita : “Halah..!! udah gak usah bo’ong deh.. aku denger semua kok!” (dengan nada agak tinggi)

Maya : “Kamu salah denger, kali?” (berusaha menengahi)

Nita : “Ta, kayaknya kamu juga harus tahu! Aku suka sama Bondan udah lama banget, kamu nggak boleh gitu dong!! Kayak nggak ada yang lain aja?!” (marah-marah)

Satria : “Heh udah diem semua!!” (berusaha menandingi nada tinggi Nita dan Metha)

Metha : “Oh gitu ya?! Berarti kamu tuh yang ngerebut gebetan temen sendiri, kamu aja yang naksir ama cowok laen, ngapain pake nyuruh aku??” (balik marah)

Keadaan semakin parah karena tidak ada yang mau mengalah.

Maya : “Udah, udah… jangan bertengkar cuma gara-gara masalah cowok!” (berusaha melerai)

Satria : “Kita udah temenan lama, jangan sampai semua rusak cuma karena masalah sepele kayak gini!” (berkata paling bijak)

Nita : (meninggalkan teman-temannya dan pergi menyendiri)

*Script*

Sialnya, dua orang yang sangat membenci Bondan cs mengetahui perkara ini. ASekar memanfaatkan keadaan ini untuk menghancurkan persahabatan mereka berlima. Dengan satu-satunya teman setia yaitu Thita, mereka mempengaruhi Nita supaya memusuhi dan membenci semua sahabatnya itu.

Nita : (duduk termenung, sendiri, dan terdiam)

Sekar : “Ehm.. kok cemberut sih??” (berusaha menarik simpati Nita)

Thita : “Ada masalah ya, Liv?”

Nita : “Katanya sahabat, masak harus naksir cowok yang sama?! Bete banget, kan??” (berkata dengan nada ketus)

Sekar : “Sabar aja deh. Mending sementara nggak usah temenan deh sama mereka. Nanti kan jadi saingan yang nggak sehat!” (merayu)

Thita : “Iya, bener tuh,” (meyakinkan Nita)

Nita : “Gitu, ya..?”

Sekar : “Gini aja, mending mulai sekarang kamu gabung ama kita berdua. Nanti kita akan bantu kamu ngalahin si Metha gingsul itu!”

Thita : “Iya, bener, Liv. Kita bela kamu kok”

Nita : “Emang boleh..??”

Thita dan Sekar : “Ya boleh, lah!!”

Nita hanya tersenyum, entah benar atau tidak keputusannya ini, dia tidak begitu peduli saat itu.

*Script*

Di sisi lain, keadaan rumah tangga orang tua Maya sedang dilanda pertengkaran hebat. Papanya yang selalu marah-marah bersikap keras dan memukul Mama Maya. Sementara itu Aldo, adik Maya hanya bisa diam tanpa mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Papa Pratama : “Kamu ini bisanya bikin susah suami aja!!” (membentak-bentak Mama Mey)

Mama Mey : “Aku salah apa, Pa..??”

Papa Pratama : “Kerjaan kamu seharian cuma shopping, arisan, ngumpul sama temen-temen. Nggak pernah ada di rumah. Liat ni anak kamu jadi nggak keurus!”

Mama Mey : “Tapi Papa juga sibuk sendiri sama klien-klien di kantor. Nggak peduli sama istri dan anak-anak!!” (menangis dan memeluk Aldo)

Papa Pratama : (Plaak..!! tmparan keras singgah di wajah Mama Mey)

Aldo : “Ma, Papa kok mukul-mukul Mama..?” (dengan penuh kepolosan)

Mama Mey : (menangis)

Di saat itu pula Maya datang dan terkejut melihat semua yang terjadi.

Maya : “Mama…?!” (datang memeluk Mama Mey)

*Script*

Keesokan harinya..
Satria menceritakan semua yang terjadi kemarin antara Metha dan Nita. Sekejap terkejutlah Bondan mendengar semua itu.

Satria : “Menurutku kamu hrus cepet bikin keputusan. Kasih kepastian buat mereka berdua. Aku nggak mau mereka bertengkar terlalu lama.”

Bondan : “Oke, oke..! aku bakal berusaha jelasin semuanya biar mereka nggak bertengkar sia-sia,”

Bondan pun berusaha menemui Metha dan Nita hari itu juga. Namun sayang, hanya Metha yang mau menerima keputusan Bondan, sedangkan Nita lebih memilih menghindarinya

Bondan : “Ta, Satria udah nyeritain semua ke aku tentang yang kemarin. Bener kamu suka aku..?” (berusaha memastikan)

Metha : “Satria nggak bohong kok soal yang kemarin itu!”

Bondan : “Gini, Ta. Sebelumnya aku minta maaf. Soalnya gara-gara aku kamu jadi tengkar ama Nita. Bukannya apa-apa, tapi buat waktu dekat ini aku lagi nggak pengen mikirin cewek. Aku masih mau serius di dunia musikku,” (menerangkan dengan bijaksana)

Metha : “Oke. Aku ngerti kok. Cuma kayaknya sekarang Nita udah terlanjur terpengaruh sama ASekar. Kayaknya bakal sulit buat ngembaliin dia kayak dulu lagi,” (sambil mendesah putus asa)

Nita, Sekar, dan Thita : (berjalan melewati Bondan dan Metha, namun bersikap tak acuh dan sama sekali tak peduli)

Bondan : “Nita?”

Nita : (berjalan terus tanpa henti)

**Script**

Mendekati Aldo adalah salah satu cara yang dipakai Satria untuk menarik perhatian Maya. Hari ini pun Satria akan mengunjungi rumah Maya. Dan di perjalanannya menuju rumah Maya, ia melihat Aldo tergeletak tak sadarkan diri di pinggir jalan. Sepertinya ia menjadi korban tabrak lari. Cepat-cepat Satria membawa Aldo ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit…

Satria : “Halo, Maya? Adek kamu di RS. Dia habis ketabrak kendaraan, cepetan kamu ke Rumah Sakit—mm, Cempaka Husada,” (langsung berbicara begitu suara di seberang telepon menjawab)

Maya : “Hah, sekarang keadaannya gimana?!” (panik)

Satria : “Udah tenang aja, yang penting kamu sekarang cepetan ke sini! Jangan lupa bilangin Mama dan Papamu!”

Dan tak lama kemudian Maya datang terengah-engah, sambil berlari tergesa-gesa.

Maya : “Ya ampun…. Aldo!!” (begitu melihat Aldo)

Satria : “Dokter udah periksa dia, katanya luka di kepalanya itu nggak terlalu parah, kok,” (berusaha menenangkn Maya

Maya : “Syukur deh kalo gitu..” (mendesah lega)

Satria : “Hmm.. aku ke toilet dulu ya. Kamu di sini aja jagain Aldo sambil nunggu ortumu dateng,”

Maya : “Iya, tapi jangan lama-lama. Aku takut sendirian di sini,”

Satria : “Oke,”

Saat Satria berada di toilet, dia ingat akan teman-temannya yang pasti juga harus diberitahu tentang ini. Tanpa menunggu lagi, Satria segera menelepon Metha dan Bondan.
Setelah selesai memberitahu mereka, Satria keluar dari toilet dan hendak berjalan kembali ke ruang rawat. Saat ia berjalan, tiba-tiba bahunya tertabrak dengan bahu seseorang. Betapa kagetnya Satria saat melihat ternyata bahu yang ia tabrak adalah bahu Nita.

Nita : “Aduuh…!” (sambil memegangi bahunya)

Satria : “Oh, maaf, maaf.. Nggak sengaja, lagi buru-buru,”

Nita : “Iya, iya. Nggak apa-apa kok,”

Satria : “.. lho? Nita?? Ngapain kamu di sini..?”

Nita : “Eh, Satria.. Iya, aku habis nganterin Mama check up, tapi aku ada perlu, jadi Mamaku pulang duluan. Terus.. kamu sendiri nagapain di sini?”

Satria : “Ini, Aldo adiknya Maya ketabrak, sekarang lagi dirawat di kamar 555. Ini aku lagi nungguin Bondan ama Metha dateng,”

Nita : “Oh…”

Satria : “Kamu masih marah sama Metha? Sama kita juga?”

Nita : “Ngg… nggak sih. Agak sebel aja. Emang kenapa?”

Satria : “Liv, aku cuma mau beritau, ASekar itu bukan orang yang baik. Dia manfaatin keadaan kita yang lagi retak ini dengan menghasut kamu. Inget Liv, kita udah lama sahabatan. Kita semua tau siapa aja yang layak diajak temenan. Dan ASekar nggak termasuk dalam kategori itu. Dia itu cuma mau ngehancurin kita aja..”

Nita : “Tapi si Metha itu lho..” (memasang wajah kecut)

Satria : “Bondan udah jelasin ke Metha dan Metha ngerti, kok. Masa kamu nggak bisa ngerti??”

Nita : “Mmmh.. gimana ya?? Iya sih, aku liat ASekar itu nggak baik. Mm..”

Satria : (menunggu Nita sambil menatap matanya tajam)

Nita :”.. mungkin aku pikir aku minta maaf aja ya ama Metha…?”

Satria : “Naah, gitu dong! Ya udah, kamu ikut aku aja ke kamarnya Aldo. Nanti kita tunggu Metha ama Bondan dateng,”

Nita : “Ya udah deh, yuk. Eh.. tapi aku ke toilet dulu ya. Kamu jalan aja duluan, ntar aku nyusul kok,”

Satria : “Oke, cepetan ya!” (langsung pergi)

Sementara itu…

Mama Mey : “Aldo!! Anakku sayang,”

Papa Pratama : “Liat ini! Ngurus anak aja nggak becus!!” (menyalahkan Mama Mey atas apa yang terjadi)

Mama Mey : “Ini juga salah Papa! Selalu sibuk sampai nggak punya waktu buat nemenin Aldo main!” (balik menyalahkan)

Maya : “Udah berhenti..!! Mama sama Papa kelakuannya sama aja! Aldo lagi sakit masih aja bertengkar, Maya capek, Ma, Pa, dengerinnya!! Masalah itu gak bakal selesai kalau nggak diselesaiin baik-baik.. Yang ada kejadian malah tambah berantakan, coba deh Papa sama Mama ngertiin aku sama Aldo. Kita nggk pengen Papa-Mama tengkar terus! Maya mohon dong Pa, Ma!!” (sedikit menangis)

Aldo : “Mama.. Papa.. Kak Maya..” (tersadar dari pingsannya)

Papa Pratama : “Mama.. Aldo.. Maya.. Papa minta maaf ya? Papa janji bakal nyediain waktu buat ngumpul bareng-bareng kalian semua. Papa sadar selama ini Papa terlalu sibuk di kantor,” (berbicara setelah termenung sejenak)

Aldo : “Iya.. kita semua maafin Papa! Tapi Papa janji ya gak boleh mukul Mama lagi..?”

Papa Pratama : “Iya,” (memeluk istri dan anak-anaknya)

***Script***

Kemudian, Satria telah kembali dari toilet, bersamaan dengan Metha dan Bondan yang baru datang. Tak lama kemudian, Nita mengetuk pintu..

Nita : “Ehm.. aku boleh masuk, kan?” (sedikit ragu)

Aldo : “Eh, Kak Nita. Nggak papa masuk aja, Kak!”

Nita : “Sebenernya.. selain mau jenguk Aldo, aku dateng juga untuk minta maaf atas semua kesalahanku sama kalian selama ini. Satria udah jelasin semua ke aku. Kalian mau, kan, maafin aku..?”

Metha : Aku juga minta maaf, soalnya udah ngomong kasar ke kamu. Maafin aku juga, ya?”

Bondan : “Nah, kalau gini kan lebih enak, ya kan, Fren??”

Satria : “Aku juga seneng kalo kita semua akur lagi kayak dulu,” (sambil tersenyum)

Maya : “Makanya, laen kali kalo mau naksir cowok nggak usah pake acara kompakan..!”

Semua : (tertawa bersama-sama)

Thita : “Eh, sorry kalo ganggu. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kalian. Selama ini aku salah pilih temen. Aku sadar Sekar cuma manfaatin aku aja. Kalian mau, kan, nerima aku jadi teman kalian??” (tiba-tiba muncul!)

Semua : “Ya boleh, lah!!”

Sesaat kemudian, handphone Thita berdering nyaring, mengejutkan semua orang… Terkejutlah semua orang dalam ruangan itu saat mendengar berita bahwa ASekar mengalami kecelakaan!

Metha : “Lho kok..?!”

Bondan : “Terus keadaannya gimana sekarang..?”

Nita : “Di Rumah Sakit mana?”

Maya : “Parah apa nggak?”

Aldo : “ASekar itu siapa…?”

Thita : (hanya diam mendengarkan semua pertanyaan itu)

Satria : “Gini aja. Sekarang biar Thita ceritain semua yang dia tahu tentang keadaan ASekar sekarang,”

Aldo : “Iya, ayo cerita. Aldo juga pengen tahu!”

Thita hanya diam. Dia masih shock dengan banjir pertanyaan barusan.

Nita : “Thitaaa ??”

Thita : “Hmm.. jadi gini, sekitar satu jam yang lalu Sekar ceritanya mau ke sini. Dan tadi berita dari rumah sakit bilang kalo Sekar ditemuin jatuh di perempatan deket sini. Katanya keadaannya cukup kritis sih,”

Metha : “Rumah Sakit mana?”

Thita : “Emm, Cempaka apaa gitu, lupa aku—”

Bondan : “Cempaka Husada, Ta?”

Thita : “Nah itu! Bener!”

Bondan : “Ya ampun Taaa, itu kan Rumah Sakit ini! Ayo ayo kita tanya ruangan mana!” (semua orang menepuk jidat)

Nita : “Ya udah, sekarang kita bareng-bareng buruan cari. Om, tante, kita semua permisi dulu yah!!”

Dan tak lama kemudian mereka semua tiba di ruangan tempat ASekar dirawat.

Thita : “Sekar… kamu nggak apa-apa kan?” (paling antusias)

ASekar : “Aku udah agak mendingan kok.. makasih ya kalian semua udah mau jenguk aku..”

Metha : “Ya.. walaupun kita masih agak kesel ama kamu,” (sedikit ketus)

Bondan : “Udahlah.. yang kemaren nggak usah diungkit-ungkit lagi!”

ASekar : “Hhm, aku minta maaf yah, selama ini aku banyak banget salah ama kalian. Mau kan, maafin aku??”

Metha : “Iya, kita mau kok maafin kamu! Tapi ada syaratnya, lho!”

ASekar : “Apa syaratnya?”

Metha : “Kalo kamu udah sembuh nanti, traktir kita semua makan!!” (sambil tersenyum-senyum)

Maya : “Eitz.. satu lagi, adek aku juga diajak yah?” (merayu)

Semua : (tertawa bersama-sama)

Tak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna. Mereka semua tak pernah luput dari kesalahan. Oleh karna itu, meminta maaflah jika merasa bersalah. Dan maafkanlah bila ada yang bersalah. Semua akan indah jika kita saling memaafkan satu sama lain



- SELESAI -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar